Menunggumu bersama semilir angin malam yang menafkahkan dinginnya...
Pena ku hanya bisa diam...
Hanya puisi yang bisa ku ungkapkan...
Ketika pikiran ini tak mampu memberikan jawaban...
Kau pun masih belum pulang dalam peraduan...
Dimana engkau...
Kemana engkau...
Sedang apa dikau...
Detik-detik waktu terus berjalan...
Sebentar lagi hari esok kan datang...
Mengucap salam...
Memberikan senyuman...
Kepada wajah-wajah lesu insan akhir zaman...
Kemana engkau yang sedari tadi aku nantikan...
Tuk dapatkan secercah harapan...
Akankah hari esok, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau kau takkan datang...
Sampai rembulan tak lagi patuhi titah Tuhannya...
Ataukah sampai matahari tak lagi pada peredarannya....
Ku harap kau segera datang...
Karena darimu aku tahu betapa berharganya sebuah jawaban.
~Istanaku, 2 mei 2017, 23:45 wita. (Banjarmasin)
Pena ku hanya bisa diam...
Hanya puisi yang bisa ku ungkapkan...
Ketika pikiran ini tak mampu memberikan jawaban...
Kau pun masih belum pulang dalam peraduan...
Dimana engkau...
Kemana engkau...
Sedang apa dikau...
Detik-detik waktu terus berjalan...
Sebentar lagi hari esok kan datang...
Mengucap salam...
Memberikan senyuman...
Kepada wajah-wajah lesu insan akhir zaman...
Kemana engkau yang sedari tadi aku nantikan...
Tuk dapatkan secercah harapan...
Akankah hari esok, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau kau takkan datang...
Sampai rembulan tak lagi patuhi titah Tuhannya...
Ataukah sampai matahari tak lagi pada peredarannya....
Ku harap kau segera datang...
Karena darimu aku tahu betapa berharganya sebuah jawaban.
~Istanaku, 2 mei 2017, 23:45 wita. (Banjarmasin)