Api di Bulan
Suci
By Muhammad
Marzuki
Sahurr....sahurr.... suara-suara pengurus mesjid saling bersahutan
dari satu mesjid dengan mesjid yang lainnya, untuk membangunkan dan membukakan
mata bagi yang mendengarnya. Begitu pula dengan aku, ku ambil Hp yang ada
disamping tempat tidurku dan kulihat jam
sudah menunjukkan pukul 3:10 WITA. Ku usap-usap mataku sambil tak lupa berdo’a
dan mengucap syukur karena masih diberikan-Nya kesanggupan untuk bernafas dan
diberikan-Nya kesempatan hidup setelah mati untuk sementara. Akupun segera
beranjak dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka agar
bisa memberikanku rasa segar di pagi buta dikala orang-orang yang tidak berpuasa masih terlelap dalam
tidurnya.
Seperti biasa makanan sudah tersusun rapi dan siap untuk disantap.
Mataku langsung tertuju pada salah satu hidangan makan yang berwarna merah. Ya
..itu adalah sambal. Aku sangat menyukai itu. kenapa ? karena, rasanya kalau
makan tanpa sambal ibarat langit malam yang tanpa bintang-bintang. Hehehe. Aku
makan dengan lahapnya samping butir nasi yang terakhir. Setelah menghabiskan
air putih yang penuh didalam gelasku, bersegera aku menggosok gigi, dan
kembali ketempat tidur.
Sambil duduk ditempat tidur ku, aku
memainkan game yang ada di HP ku dengan penuh semangat, main game aja
semangat, apalagi hidup..hehe. ketika sudah sangat fokus bermain game,
tiba-tiba terdengar suara dari luar rumah, suaranya sangat tegas dan terdengar
panik. Setelah ku dengar baik-baik, ternyata orang tersebut berteriak ...kebakaran...kebakaran..
serentak aku jadi terkejut dan langsung beranjak dari tempat tidurku dan keluar
dari rumah untuk melihat keadaan diluar. Ternyata memang benar terjadi
kebakaran kurang lebih 300 meter dari rumah ku, apinya terlihat jelas dan
menjulang tinggi, setinggi pohon kelapa didekat sana. Seluruh anggota keluarga
dirumah ku dan tetangga ku berkeluaran dari rumah masing-masing untuk melihat
langsung kebakaran tersebut.
Dengan tergesa-gesa aku mengeluarkan
sepeda motor ku untuk pergi ke sumber api. Tapi tiba-tiba orangtua ku dan kakak
ku mencegahnya, karena di jalan didepan rumah ku sudah rame orang berlarian ke
tempat terjadi kebakaran. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari dengan
cepat ke TKP sambil membawa satu ember. Kami sama-sama meneriakkan...kebakaran...kebakaran...kaki
ku terasa sakit, karena terinjak batu sepanjang perjalanan baru kusadari aku
tidak mengenakan sendal. Memang, jalan di desa ku tidak di aspal sehingga
banyak batu kerikil yang berserakan di jalan. Aku kurang tahu, apakah karena
desa kami begitu terpencil, atau karena korban korupsi kerakusan
pejabat-pejabat tinggi.
Api semakin membesar ketika kami
sudah sampai di TKP, tanpa perintah apapun semua orang yang ada disitu langsung
berjejer dari pinggir sungai sampai didepan toko pakaian yang terbakar
tersebut, menyiram api dengan peralatan seadanya dari dua sisi yang berbeda
agar bisa lebih cepat dalam memadamkan api yg semakin membesar. Untung saja
desa ku ini dekat dengan sungai, dan sedang tidak berangin yang bisa melalap
rumah-rumahyang ada disampingnya, jadi lebih mudah dalam proses pemadaman.
Masyarakat berusaha memadamkan api secepat mungkin dengan berbagai macam cara,
ada yang menyiram dari atas atap rumah yang ada disamping toko yang terbakar,
ada juga yang langsung menyiram mendekati sumber api tanpa peduli lagi rasa panas. Semua orang
yang ada disitu tampak mendapatkan kekuatan yang datangnya entah darimana
sehingga bisa tahan panas, bisa mengangkat ember besar yang terisi penuh oleh
air dan tidak merasa berat. Mungkin ini yang namanya the power of kepepet. hehe.
Semua orang berteriak dengan penuh semangat, tanpa peduli lagi keadaan mereka,
ada yang hanya menggunakan sarung, celana pendek, tanpa menggunakan baju, tanpa
sandal yaitu; aku. Hehee.
Api melahap toko dengan sangat
cepat, mungkin karena bangunan tokonya terbuat dari kayu dan didalam toko
tersebut banyak terdapat pakaian. Rumah yang ada disamping toko bergegas
mengeluarkan barang berharga yang ada dirumahnya, takutnya api menyebar ke
rumahnya. Satu per satu barang-barang dikeluarkan dari rumah dengan dibantu
oleh sebagian warga. Setelah selesai menyusun barang-barang tersebut ditempat
yang jauh dari titik kebakaran tersebut. Tiba-tiba si ibu teringat bahwa masih
ada sesuatu yang sangat berharga yang ketinggalan didalam rumah, dengan segera
si ibu tersebut berlari denga tergesa-gesa sambil berteria,, anak ku....anak
ku. Ya, ternyata anak si ibu yang masih balita masih ada didalam rumah,
mungkin karena saking paniknya sampai-sampai terlupa dengan sang anak. Si ibu
tidak peduli dengan rasa panas karena dekat dengan titk api untuk masuk kedalam
rumah dan menjemput sang anak. Setelah mengangkat anaknya yang masih dalam
keadaan tertidur si ibu langsung bergegas
keluar rumah dan menjauhi titik api. Sambil menghela nafas si ibu
mengucap syukur karena tidak terjadi apa-apa dengan anaknya.
Para warga masih berusaha memadamkan
api dengan peralatan seadanya, namun ada sebagian warga yang diperintahkan
mengambil mesin semprotan air yang besar yang biasa dipakai untuk mengairi
persawahan di desaku. Api sudah mulai mengecil tapi para tetap bersemangat
tanpa mengenal rasa lelah. Pemandangan ini tampak menjadi tontonan menarik oleh
masyarakat, karena kebakaran jarang sekali terjadi di desa ku. Anak-anak,
ibu-ibu dan para orang tua hanya bisa terkagum-kagum melihat api yang
menghanguskan sebuah toko pakaian tersebut. Mungkin ibu-ibu berpikir, sejahat
ini kah api ketika dia besar, padahal api yang kecil sangat membantu kami untuk
memasak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Ketika dirumah api
menjadi teman, tapi pada saat ini dia menjadi lawan kami.
Tak beberapa lama mesin semprotan
air datang dibawa oleh beberapa orang karena mesin ini berat jadi tidak mungkin
diambil seorang diri. Para warga langsung bekerja sama untuk mempersiapkan mesin
semprotan air. Setelah mesin menyala, para warga bergotong-royong mengangkat
pipa air untuk segera menyemprot api yang tegak menyala. Api pun bisa dengan
cepat sedikit demi sedikit di padamkan. Ketika api sudah hampir padam, pemadam
kebakaran dari kecamatan datang tiba-tiba, mungkin ada salah satu warga yang
menghubungi ataupun panggilan dari kepala desa. Namun, karena kedatangan
pemadam kebakaran ini terlambat, para warga menyambutnya secara tidak hormat.
Banyak kata-kata yang tidak senonoh bernuansa negatif yang dilontarkan para
warga kepada para pemadam kebakaran sehingga membuat suasana menjadi agak
tegang.
Ketika sampai di TKP, Para anggota
pemadam kebakaran langsung menyemprot api yang masih tersisa, walaupun sudah
hampir padam. Para warga dengan tenang menyaksikan aksi para pemadam dalam
memadamkan api. Tak selang beberapa menit api pun berhasil dipadamkan dengan
sempurna. Para warga mengucap syukur kepada Allah SWT karena api sudah padam.
Para pemadam pun segera pulang ketika sudah selesai melaksanakan tugas. Para
warga pun mulai pulang kerumah masing-masing, dan sebagian warga membantu
membersihkan apa yang perlu di bersihkan, membantu memasukkan barang-barang
warga yang diangkut keluar rumah.
Aku pun kembali kerumah dengan
kondisi basah dan kotor dengan berjalan kaki, sejenak ku berpikir tentang
kejadian hari ini. Di bulan yang suci yakni bulan ramadhan terjadi sebuah
musibah di waktu sahur yang membuat masyarakat seperti diberi efek kejut. Banyak
hal positif yang bisa dilihat dari kejadian ini, namun sudah pasti sesuatu yang
bersifat negatif pun ada terselip di dalamnya. Ada sebagian warga yang belum
sempat makan sahur, namun dengan rasa peduli yang tinggi kepada tetangga mereka
rela mungkin hanya mengisi perut dengan segelas air putih untuk menyempatkan
sahur. Demi keselamatan anggota warga yang lain mereka tak peduli lagi dengan
kondisi mereka. Para pemadam pun sudah melaksanakan tugas mereka semaksimal
mungkin walaupun datangnya terlambat, mungkin karena fasilitas jalan untuk
menuju ke TKP yang menyulitkan mereka datang tepat waktu. Bapak kepala desa pun
menyampaikan maaf kepada para pemadam kebakaran karena para warga menyambut
mereka dengan kurang hormat, mungkin saja pada saat itu pikiran warga sedang
tidak stabil karena suasana sedang panik-paniknya.
Adzan subuh berkumandang ketika aku
sampai dirumah, aku pun bersegera membersihkan kaki disungai dan setelah itu
langsung masuk kerumah bersegera untuk mandi. Banyak hikmah yang bisa ku ambil dari
kejadian yang baru saja terjadi, ujian bagi yang punya toko dan pelajaran bagi
ku, serta sebuah pengalaman yang sangat berharga yang takkan pernah kulupakan
sepanjang hidup. Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap pergi ke mesjid
yang berada tak jauh dari rumah ku.