Berawal dari pertanyaan salah seorang peserta
milis itb, mengenai pengertian dari *Ilmu
Geodesi* serta manfaat realnya, dari diskusi yang ada kemudian muncul salah
satu penjelasan yang cukup runtut dan telaten. Banyak sekali yang bisa
dipelajari dari jawaban Bpk. Klaas J
Villanueva oleh para Geodet. Pertanyaan dari mailing list ini di jawab pada
hari Rabu, 19 May 1999 seperti tercantum di bawah ini ....
Berikut ini adalah jawaban dari Bpk. Klaas J Villanueva :
Pertanyaan Sdr. Ramli Sihaloho memang lumrah.
Jangankan mahasiswa, banyak dosen senior di ITB
pun sulit menjelaskan secara lengkap apa itu geodesi. Belum lagi dosen geodesi
pun kurang komprehensip dapat melukiskan ruang lingkup ilmu geodesi, sehingga
gajah mungkin jadi ular, karena yang diceriterakan cuma belalainya. Tapi apakah
penjelasan itu dapat diberikan hanya melalui satu email? Untuk mendalami ilmu
dan profesi ini sampai didirikan organisasi-organisasi ilmiah dan profesi
seperti International Association of Geodesy, International Cartographic
Association, International Society for Photogrammetry and
Remote Sensing, InternationalFederation of Surveyors, International
Geodynamics Service, InternationalUnion for Geodesy and Geophysics etc.
Apakah 'the world is so stupid' sampai University of New South Wales perlu punya School of Geomatic Engineering
(ganti nama: dahulu School of Surveying), University
of Melbourne punya Department of Geomatics, University of Florida punya Department of Geomatics, University of NewBrunswick punya Department of Geodesy and Geomatic
Engineering, TechnischeUniversiteit Delft punya Afdeling Geodesie, Technische Univesitat Berlin punya Abteilung Vermessungswesen dst.nya,
semuanya pendidikan minimal 8 semester tingkat universitas. Dibawah itu ada
pendidikan tingkat teknisi dan atau teknolog, contohnya TAFE di Australia.
Bila ada yang menanyakan apakah geodesi cukup untuk pendidikan DI/DII/DIII, tentu yang
bersangkutan hanya terekspos pada materi Ilmu Ukur Tanah atau Plane Surveying. Mungkin sedikit dapat
Higher Surveying atau simple problems of Engineering Surveying. Entah Sdr.
Ramli dari Jurusan mana. Materi apa yang diminta oleh Jurusan bersangkutan
untuk matakuliah servis itu. Kalau yang diminta cuma Ilmu Ukur Tanah ya diberi
Ukur Tanah (Plane Surveying). Kalau diminta Surveying and Mapping secara
lengkap ya dapat juga diberikan. Kalau hanya diminta umpamanya Mine Surveying ya diberi Mine Surveying. Kalau diminta Route Surveying ya diberi Route Surveying. Ini tentu terlepas
dari kompetensi dan disiplin tidaknya dosen bersangkutan dalam mencakup semua
materi yang diminta dengan jumlah sks yang disediakan.
Kalau teknik-teknik canggih surveying belum
sampai diperlukan di Indonesia, ya itu menunjukkan tingkat kemajuan pembangunan
baru sampai disitu. Contoh apakah perlu dipantau secara real time pergerakan
bendungan Saguling menggunakan real time kinematic GPS, dan dibuat analisis apakah itu salah ukur atau
itu pergerakan bendungan, atau katakan diukur tiap hari 5x dengan sipat datar, kemudian data dikaji dengan statistical
analysis, bagaimana pola gerakan bendungan dengan kenaikan air. Dengan segala
kemauan baik, itu tidak dapat dilakukan oleh lulusan tingkat Diploma. Ia hanya
dilatih untuk mengukur. Pada setiap spesialisasi di bidang profesi geomatika
memang diperlukan tingkat technician, technologist dan tingkat sarjana (yang
akan menjadi professional dan manager).
Kesulitan mejelaskan teknik geodesi, yang sekarang juga dikenal dengan nama teknik geomatika,
sebagaimana ia dicakup dalam kurikulum semua universitas diatas, ialah
dikarenakan ia mencakup 3 kelompok besar materi, yang satu dengan lainnya
mengarah ke spesialisasi yang berbeda. Pertama kelompok materi yang terkait
kerekayasaan menunjang keperluan pembangunan teknik sipil. Disini diperlukan
SDM dari tingkat teknisi sampai sarjana. Kelompok lain dekat atau dapat
dikatakan juga bagian dari geofisika. Di kelompok ini didalami masalah medan
gayaberat, bentuk bumi global, medan gayaberat bumi dan penentuan posisi
teliti, termasuk pemantauan rotasi bumi dan gerakan sumbu putar bumi (physical geodesy, gravimetry, geodynamics dll.).
Kelompok besar lain terkait land data
management dan land management. Disini ia dekat ke planologi dan
kebidang-bidang yang jarang ada di jurusan lain, khususnya di universitas.
Pendaftaran Tanah, Land Valuation, Quantity Surveying, PBB, Land Consolidation,
Urban Geomatics, Rural Geomatics, banyak materi lain, yang semuanya mendukung
disamping hal ke-Pemerintahan-an, juga perencanaan pada tingkat mikro.
Teknologi pendukungnya ialah disamping alat-alat ukur terestrial surveying,
aerial surveying, juga perangkat teknologi GIS (geograhic information system) atau teknologi LIS (landinformation
systems)
serta berbagai dukungan IT (information technology). Kelompok terakhir makin
menonjol di era informasi, bukan karena dengan teknologi komputernya kelihatan
lebih flamboyan, tetapi perubahan spasial itu demikian cepat, dan frekuensi
permintaan data/informasi spasial baru makin meningkat.
Matematika untuk Higher Surveying cukup tinggi,
sama tingginya untuk Structural Analysis di Teknik Sipil. Diperlukan Numerical
Analysis (dapat dikatakan semua yang ada di text book) dan Statistical Testing.
Rasanya hal analisis statistik di ITB, tidak banyak Jurusan yang harus
mendalaminya seperti di Jurusan Teknik Geodesi. Malah untuk hypothesis testing,
dunia geodesi akhirnya perlu mendesain statistik baru, contoh B-method of
testing dari Baarda (TU Delft). Itu baru hal Surveying, yang umumnya dekat
dengan keperluan kerekayasaan. Ini satu kelompok materi kepedulian geodesi.
Kesan saya untuk Jurusan Teknik Sipil,
Arsitektur, Planologi, dan Tambang, baru diberikan an Intrdoduction to
Surveying. Mending kalau juga mencakup an introduction to Aerial Surveying (Photogrammetry) and Remote Sensing, yaitu teknik untuk mapping non-terestrik dan
ke GIS. Alangkah baiknya, malah harus, bila juga diekspos teknologi GPS. Tapi
berapa SKS-nya?
Memang ada salah kaprah terhadap perangkat ukur
blackbox technology atau push-button technology oleh sementara pihak, yang
telah menggunakan teknologi GPS atau GIS. Tanpa perlu tahu software apa yang
ada didalamnya, sistem koordinat apa yang dipakai, bagaimana mereduksi data
ukuran ke bidang atau ruang hitungan, berapa ketelitiannya dlsb.nya. Setelah
ada receiver GPS atau software GIS ada komentar geodesi bisa ditutup. Apakah
setelah ada robot dengan artificial intelligence banyak jurusan di universitas
harus ditutup? Tidak, karena ilmu berkembang terus dan kurikulum dengan
demikian berubah. Semua teknologi cuma tools, ilmunya tetap ada dan
dikembangkan dengan secara optimal memanfaatkan tools itu. Teori berkembang
terus dan dipakai. Contoh untuk pengolahan satellite imagery perlu dipakai ilmu-ilmu baru seperti fuzzy
theory atau wavelets (semacam analysis Fourier untuk apkroksimasi lokal).
Banyak sarjana non-geodesi tidak dapat
membedakan receiver GPS yang navigation type, surveying type atau geodetic
type.Yang beli navigation
type tidak tahu posisi yang ditunjukkan bisa salah ratusan meter sampai
kilometeran dan heran mengapa koordinat UTM atau geografis yang diperlihatkan kok berubah-ubah, sehingga
dikira alatnya rusak. Apa itu koordinat UTM-pun tidak tahu, padahal dibelakang setiap proyeksi peta ada latar belakang differential geometry
dan teori fungsi yang adalah matematika yang cukup abstrak. Seorang geodit yang
tahu hal sumber dan penjalaran kesalahan tidak heran kalau hasil ukuran satu
dengan lain berbeda karena tahu sifat dari observables dan mencari teknik yang
memadai untuk mengatasinya, a.l. memodelkannya sebagai random variable dan
mengolahnya secara statistik. Teknologi ukur push-button itu sepintas dapat
dipakai oleh siapa saja, malah lebih mudah dari merakit komputer, tapi
menginterpretasi data yang sulit dan mengatakan ini data andal dengan
ketelitian sekian itu yang sulit. Jangan-jangan karena banyak orang bisa
merakit komputer atau radio di Cikapundung ada komentar buat apa Jurusan
Elektro di ITB. Cukup bikin Politeknik di Ciwaruga. Ndak kan. Apakah karena
yang bangun rumah-rumah real estate kebanyakan self-made tukang perlu belajar
teknik sipil dan arsitektur. Ya iya, karena dibelakang tukang-tukang kelas satu
itu ada satu bangunan ilmu dan teknologi yang telah didalami ratusan tahun dan
sedang terus dikembangkan, sampai bisa buat pencakar langit, jembatan atau terowongan
antar pulau dst.nya.
Sedikit pakar geodesi sendiri yang tahu bahwa
pemantauan geodinamik lempeng-lempeng kerak bumi dengan secara
geometrik/geodesi oleh geodit terkait Deep Space Research NASA, dimana kapal
ruang angkasa yang dikirim ke planit-planit, matahari atau benda angkasa lain,
terkait navigasi dengan kebalikan VLBI, (Very Long Baseline Interferometry;
VLBI adalah teknik mengukur jarak ribuan kilometer antara 2 titik di muka bumi
dengan ketelitian cm, dengan memakai sinyal dari quasar/bintang-radio), yang
stasiunnya terletak diatas lempeng kerak bumi yang senantiasa bergerak. Salah
navigasi karena posisi stasiunnya bergerak, bisa berarti kehilangan kapal
angkasa yang harganya milyaran dollar. Ini satu sumbangan geodesi.
Tapi ambillah sistem navigasi dengan satelit GPS
atau peluncuran kapal ruang angkasa yang memerlukan perencanaan orbit satelit
dengan teliti, untuk mana perlu diketahui medan gaya berat bumi (juga medan
gayaberat planet atau pemetaan planet). Untuk itu perlu diukur gayaberat di
seluruh permukaan bumi kemudian medan gayaberat bumi dibuat modelnya. Untuk itu
perlu dihayati teori potensial dan aplikasi spherical harmonics. Dapat dikatkan
Geodesy is applied higher mathematics. Apakah Anda tahu bahwa geodesi
(program internasional) secara periodik mengukur pergerakan Jawa, Sumatera
relatip terhadap Australia dan pulau Christmas, yang bergerak kira-kira 3 cm
per tahun menggunakan high precision GPS, dengan analisis yang canggih.
Mengacu ke materi kurikulum geodesi yang
tergusur dalam 20 tahun terakhir, diprediksi materi itu akan kembali mendapat
tempat di kurikulum geodesi, karena pengendalian pembangunan yang baik
memerlukan sistem administrasi pertanahan yang baik. Maka Hukum Agraria, Hukum
Tanah, Hukum Adat, Land Economics, Land Valuation, Urban Planning, Rural
Planning, Irigation, Land Resources Management, River Basin Management, Water
Resources Management akan mendapat tempat lagi. Planning is a team work,
dimana surveyor geomatik harus tahu disiplin lain yang terkait. Seperlunya bila
ia menjadi pakar, ia bisa jadi team leader. Di lain pihak segmen baru minta
lebih diperhatikan, yaitu hidro-oseanografi. Ini sedang dikembangkan Prof.
Sjamsir Mira. Indonesia sebagai the largest archipelagic state sangat
ketinggalan di bidang ini.
Kesemua diatas itu, adalah ilmu-ilmu yang
dimanapun di dunia jarang diajarkan pada tingkat technologist (DI/DII/DIII),
paling sebagiannya saja, karena derajat kesulitannya. Problemanya adalah
Indonesia yang terbentang sepanjang 1/8 keliling bumi dan dibatasi paralel 11
lintang selatan dan 15 lintang utara, belum didukung oleh lembaga-lembaga
pendidikan dan riset yang memadai fasilitasnya, baik peralatan ajar dan riset,
juga SDM-nya. Contoh kalau bicara peta anomali gayaberat global, Indonesia dianggap masih kosong data. Kalau
bicara data pasang surut air laut di sekitar 17000 pulau, Indonesia juga
dianggap masih kosong. Kalau perlu dipantau keutuhan hutan hari demi hari
karena penjarahan, tidak cukup tenaga dan biaya untuk mengolah hasil pemantauan
oleh satelit inderaja yang senantiasa merekamnya secara berulang hari demi
hari. Kalau ditanya ke Badan Pertanahan Nasional atau Menteri Agraria berapa
persen persil tanah sudah dipetakan dan berapa lama baru selesai dipetakan
dengan teknologi paling canggih (GPS, Fotogrametri dlsb.nya), jawabannya
mungkin baru 40% dan diperlukan 20 puluh tahunan. Diperlukan sekitar 100 000
orang tingkat teknisi, teknolog, dan sarjana (1:3:12) untuk memelihara
administrasi pertanahan bagi pembangunan di permukaan bumi nusantara, yang
senantiasa berubah rupanya dengan jumlah penduduk yang senantiasa bertambah.
Di banding negara lain kita masih terbelakang di
bidang-bidang yang disebut diatas. Tahukah Anda Peta Kota Jakarta dan Peta Kota
Bandung yang paling bagus dan baik adalah buatan orang asing. Kenapa? Karena
disamping kepakaran, diperlukan dana dan kemampuan data management. Pengalaman sangat
diperlukan. Mengapa atlas untuk SD, SLTP, SMU dikatakan outdated sekitar 15-20
tahun? Karena data tidak terhimpun dan membuatnya juga memerlukan pakar-pakar
yang terdidik pada tingkat universitas. Ilmu generalisasi data spasial tidak
mudah. Informasinya harus andal sesuai atribut, skala dan sasaran usernya.
Dinas Tata Kota, Dirjen PBB, Pendaftaran Tanah (BPN), semua Departemen,
termasuk Dephankam, TNI AU-AL-AD, memerlukan tenaga surveyor geomatika. Kita
baru pada tahap awal dan tidak usah malu mengaku masih tahap underdeveloped,
walaupun teknologi mutakhir sudah muali dipakai. Pajangan komputernya sih
banyak, managemennya basih berantakan, terutama karena kurang dana dan SDM yang
dedicated.
Kuliah-kuliah geomatika pada Jurusan Teknik
Sipil, Arsitektur, Planologi, Tambang, Teknik Lingkungan memang harus ditinjau
kembali. Program-program DI-DII-DIII dan SMK-SMK harus dibuka disemua propinsi.
Namun akhirnya permintaan pasar yang menentukan. Penyediaan SDM harus demand
oriented dan bukan supply oriented. Kalau pembangunan meningkat,
maka peranan surveyor geomatika makin penting. Namun sering dilupa bahwa data
harus tersedia sebelum perencanaan dimulai dan bahwa penghimpunan data dan
informasi itu memerlukan waktu cukup lama (setahun dua tahun). Antisipasi kebutuhan
dan ketersediaan data dan informasi spasial pada waktunya menentukan efisien
dan efektif tidaknya pembangunan. Kalau data diminta disediakan dalam semalam,
ya siap saja untuk mendapatkannya dengan segala kekurangannya, karena proyek ya
proyek. Kalau bilang tidak bisa, nanti diancam pakai tenaga asing. Juga kan
bisa diatur dengan pemberi proyek. Ini Orde pra reformasi ya.
Tidak mengherankan bahwa Bank Dunia, ADB dan
bantuan bilateral menekankan bahwa kalau pinjam uang dan agar pembangunan mau
berjalan secara efisien dan efektif, sistem administrasi pertanahan harus
dibenahi, sistem pendaftaran tanah dan hukum tanah terkait perlu dikaji
kembali, dst.nya. Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang baru
untuk land reform atau agrarian reform? Mau reform apa kalau tidak ada
data/informasi tentang land-nya. Sedangkan pemetaan jaring utilitas DKI saja
masing diawang-awang. Di Senin tiang pancang menembus saluran air minum.
Saluran bawah tanah di DKI bikin pusing seribu keliling bagaimana memetakannya,
karena tidak dipetakan sebelumnya. Jaringan utilitas perkotaan adalah sistem
syaraf masyarakat moderen. Sedikit terganggu, puluhan sampai ratusan ribu orang
terganggu dengan biaya yang sering tidak dihitung dan kalau dihitung mungkin
mencengangkan besarnya. Manajemen Perkotaan di jaman moderen, dimana dapat
berkumpul 4 sampai 10 juta orang, memerlukan information managers yang canggih.
Surveyor Geomatika juga dipersiapkan untuk menjadi Urban Spatial
Data/Information Managers, menjadi semacam ahli (dokter) sistem syaraf
kota-kota besar. It is not as simple as you think. Di Eropa setiap tahun
negara-negara Eropa mengadakan Urban Data Management Symposium.
Nah ini sedikit buka tabir manfaat riilnya
teknik geomatika. Jelas belum seluruh gajah dapat diekspos. Sehari sehelai
benang, lama-lama si gajah terselimuti juga. Jadi sabar.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar