Minggu, 24 Januari 2016

KEWALIAN DAN KAROMAH “ABAH GURU SEKUMPUL”



KEWALIAN DAN KAROMAH “ABAH GURU SEKUMPUL”
            Menurut Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dalam kitab “jami’u Karomatil Aulia” menyebutkan bahwa kata Al-Wali punya makna yang sama dengan Al-Qarib yang berarti orang yang dekat. Dalam khazanah tasawwuf, Wali adalah predikat atau pencapaian yang sangat tinggi dalam perjalanan  manusia, bahkan tertinggi yang dapat dicapai manusia biasa menuju Allah SWT.
            Derajat kewaliaan pada dasarnya tidak begitu saja diberikan, tetapi melalui  perjalanan panjang menuju sang Kholiq. Buah dari taqwa dan  taat yang dilakukan terus menerus. Dan untuk mencapai derajat itu orang harus melalui syari’at yang dijalani secara istiqamah, dilakukan dengan penuh penghayatan melalui tharekat, hingga menemukan  kedalaman hakekat.
            Imam Al-Qusyairi menyebutkan beberapa ciri-ciri seorang wali dalam kondisi kesadarannya, tidak sedang berasyik masyuk dengan  Allah, antara lain :
1.      Mengerahkan segala kemampuannya untukmemenuhi hak-hak Allah.
2.      Menyebarkan kasih sayang kepada segala makhluk, tanpa ada rasa benci.
3.      Konsisten menanggung penderitaan dan cobaan.
4.      Sangat berkeinginan agar semua makhluk ini selamat.
5.      Menghindarkan diri dari segala  yang menyusahkan orang lain.
Jika kita melihat keseluruhan perjalanan  hidup Guru Sekumpul, maka nampaknya beliau telah memenuhi klasifikasi seperti itu. Beliau telah diyakini sebagai Waliyullah. Tapi  benarkah beliau seorang wali ? hanya Allah dan para Wali-Nya yang tahu. Hanya saja kenyataan yang terlihat menunjukkan bahwa beliau mendapat pengakuan yang luas dikalangan Ulama sebagai Waliyullah.
Sebenarnya sejak masa kecil, sudah ada tanda-tanda bahwa beliau akan menjadi orang besar. Bahkan ketika beliau masih dalam kandungan banyak hal aneh yang terjadi. Diantaranya ketika itu ibu beliau melihat cahaya seperti bulan purnama turun menuju kepangkuannya. Saat mengandung tidak ada sedikit pun rasa berat, atau rasa sakit sampai beliau melahirkan. Ketika mengidam, jika ingin makan sesuatu, ibunda beliau selalu bermimpi diwaktu malamnya makan buah itu, sehingga dipagi harinya sudah  merasa puas.
Guru Sekumpul memang dikenal sejak kecil sebagai orang yang Mahfuzh, dijaga dari berbagai hal yang mengarah kepada kemaksiatan. Secara kasat mata, banyak kejadian yang menunjukkan hal itu. Beliaupun selama hidupnya tidak pernah ihtilam yaitu mimpi basah, yang menunjukkan tibanya  usia baligh. Baligh beliau hanya diketahui dengan usia.
Walhasil, sebagai seorang Wali, beliau dikaruniai karomah yang cukup banyak. Dan itu memang sudah menjadi rahasia umum, yang kesemuanya menunjukkan keabsahan maqam kewalian beliau. Diantara karomah beliau yang bisa disebutkan disini antara lain:
1.      Disuatu malam usai pengajian, yang pada saat itu masih di kampung Keraton, seperti biasa Guru seringkali masih duduk diruang tamu untuk melayani beberapa murid yang ingin menanyakan berbagai hal. Ketika  itu Guru bercerita tentang buah rambutan, yang saat itu belum musimnya. Tiba-tiba Guru meletakkan tangannya kebelakang, dan sesaat kemudian ditangan beliau telah ada buah rambutan yang masak, lalu beliau makan. Puluhan orang menyaksikan kejadian ini.
2.      Ditahun 1982 terjadi kemarau panjang diwilayah Martapura dan sekitarnya, yang menyebabkan sumur-sumur dan sumber air bersih kering. Hal  itu membuat sebagian masyarakat cemas. Melihat kondisi ini banyak orang yang datang dan minta do’akan kepada Guru Zaini  agar hujan segera turun. Ketika itu tiba-tiba beliau turun dari rumah, dan menuju ke sebatang pohon pisang yang masih kecil, dan menggoyang-goyang pohon pisang itu. Orang yang hadir saat itu bingung dengan apa yang dilakukan Guru Zaini, namun saat itu juga terjadi hujan yang sangat lebat.
3.      Sehari menjelang pelaksanaan Haul Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang berpusat didesa dalam pagar, jalanan ketempat acara digenangi banjir. Panitia sempat gelisah, karena jika banjir tetap terjadi hingga besok maka acara tidak berlangsung mulus, dan banyak orang yang tidak bisa hadir. Namun anehnya  ketika dihari pelaksanaan Haul menjelang Guru Zaini lewat jalan itu sudah bersih dari banjir. Dan sepulang Guru dari acara, jalan itu kembali digenangi  hingga beberapa hari.
4.      Suatu ketika di Keraton, Guru Zaini terima tamu. Tamu itu  pura-pura minta air yang dido’akan alias banyu tawar. Ketika berhadapan, ternyata orang itu memukul kearah Guru. Namun tiba-tiba orang itu terpental, kemudian duduk. Orang itu mencoba berdiri dan nampak  ingin melarikan diri, namun tidak bisa bergerak sedikitpun. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, selain pasrah dengan apa yang akan terjadi. Guru kemudian menyuruhnya pulang, baru dia bisa berdiri dan pulang.
5.      Tuan Guru H. M. Aini atau yang sering dipanggil Guru Ayan Pematang Karangan Rantau menceritakan bahwa saat beliau berkunjung ke Keraton, Guru Zaini berucap kepada Guru Aini :” Yan, ikam handak melihat kebesaran Allah Ta’ala kah ?. Guru Aini mengangguk mengiyakan. Seketika itu Guru Zaini yang sedang duduk bersila itu terangkat dari tempat duduknya hingga beberapa meter. Tidak lama kemudian turun kembali ketempat semula. Subhanallah .
6.      Suatu saat ditengah pengajian, Guru berdiri dan langsung berteriak:” Api, api, lakas pajahi,  pajahi”. Ternyata saat itu tengah terjadi kebakaran besar di Kotabaru, Pulau Laut.
7.      Suatu malam disekumpul, Guru tiba-tiba bicara pada isteri beliau, bahwa ia kepengen makan ikan baung. Sedangkan ikan itu biasanya dijual disiang hari saja dan saat itupun belum musimnya. Namun aneh, tak lama sesudah itu ada tamu entah dari mana yang datang yang menyerahkan ikan baung yang masih segar.
8.      Seorang jemaah pengajian yang rutindatang ke majlis Guru Zaini di Keraton, Guru Muhammad Tatakan, ketika ingin berangkat, tidak punya uang untuk ongkos taksi ke Martapura. Karena masih punya ayam yang meski itu satu-satunya, maka dijuallah ayam itu. Walhasil, akhirnya beliau siang minggu itu sudah di martapura, untuk sowan dengan  Guru. Kebetulan siang itu Guru lagi terima tamu. Sebelum Guru Muhammad ini bicara, guru sudah menyerahkan sejumlah uang sambil bilang:”ini gasan ganti ayam pian, dan gasan ongkos taksi pian”. Sang tamu cuma bisa melongo bingung dan  mengucap terima kasih.
9.      Masih di Keraton, saat itu majlis pembacaan kitab Tafsir Marahul Labid. Ada jemaah di luar rumah, persisnya dibawah pisang yang sedang merokok. Guru yang tengah membaca kitab langsung memberi teguran agar behenti merokok, padahal jaraknya cukup jauh dari Guru dan terlindung dinding rumah. Kejadian seperti ini  juga sering terjadi saat majlis sudah berpindah ke Sekumpul.
10.  Serombongan dari pulau garam Madura berkunjung kerumah Guru di sekumpul. Ketika mereka datang dan duduk, sambil setengah guyon Guru menyebut Profesi dan pekerjaan mereka satu persatu secara lengkap. Para tamu  itupun terkagum kagum dengan Mukasyafah yang dimiliki Guru.
11.   Salah seorang cucu KH. Muhammad Binuang (ayah penulis) saat akan memasang kerudungnya, jarum pentolnya digigit dimulut, dan tanpa sengaja tertelan dan masuk kedalam perut. Pihak keluarga dengan segera membawanya kerumah sakit, dan kesimpulan dokter bahwa solusinya harus dilakukan operasi. Tuan Guru KH. Muhammad Binuang, hari itu juga berangkat ke sekumpul untuk minta  air tawar dan do’a dari Guru Sekumpul. Setibanya di rumah sakit, air itu lalu diminumkan. Keajaiban pun terjadi, perut anak itu terasa mual, lalu muntah dan keluarlah jarum pentol itu bersama muntahnya. Dengan begitu, operasi tidak jadi dilaksanakan.
12.   Diceritakan oleh dua orang ulama kenamaan yaitu; KH. Ahmad Bakri Gambut dan KH. Khudhori Martapura, bahwa mereka dengan jelas melihat Guru Sekumpul melakukan prosesi ibadah haji di Mekkah, padahal saat itu Guru Sekumpul berada di Martapura. Dan dua orang ulama ini berangkat haji di tahun yang berbeda.

Itulah sebagian karomah Guru Sekumpul yang bisa diungkapkan disini. Semoga bermanfaat.

Sumber : buku figur karismatik Abah Guru Sekumpul  karya  KH. M. Anshary El Kariem
“di saat kisah orang-orang saleh dituturkan,  maka mengalirlah anugerah rahmat dari Allah.”
Imam Sufyan bin Uyayah
Ulama hadis Makkah (107-198 H)

9 komentar: