Minggu, 24 Januari 2016

kisah mengharukan Rasulullah SAW dan Ukasyah RA



kisah mengharukan Rasulullah SAW dan Ukasyah RA
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa setelah dekat wahyu wafatnya, Rasulullah SAW memerintahkan Bilaal supaya adzan. Memangggil manusia untuk shalat berjamaah. Maka berkumpulah kaum muhajirin dan anshor ke Masjid Rasulullah SAW. Setelah selesai shalat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik ke atas mimbar lalu beliau mengucapkan puji dan sanjung kepada Allah SWT, dan kemudian beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati terharu dan menangis mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain :
“sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasehat, dan da’i  yang menyeru manusia  ke jalan Allah dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang menyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yanng merasa teraniaya olehku diantara kamu semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti.”
Sekali dua kali beliau mengulangi kata-katanya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama Ukasyah ibnu Muhsin’. Ia berdiri dihadapan Nabi SAW sambil berkata :
“ibuku dan ayahku yang menjadi tebusanmu ya Rasulullah. Kalau tidaklah karena engkau  telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku berani tampil untuk memperkenankannya sesuai dengan permintaanmu. Dulu, aku pernah bersamamu dimedan Perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan untamu, maka akupun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas aku pun mencium paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau sengaja atau tidak ya Rasul Allah, apakah barangkali maksudmu dengan itu hendak melecut untamu sendiri ?”
Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya  pergi ke rumah Fatimah, “supaya fatimah memberikan kepadaku cambukku,”  kata beliau.
Bilal segera ke luar Masjid dengan tangannya diletakkan diatas kepalanya. Ia heran dan tak habis pikir,” Rasulullah memberikan mengambil kesempatan qishas  terhadap dirinya! “
Diketoknya pintu rumah Fatimah yang menyahut dari  dalam: “siapakah diluar?”
“saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk  Rasulullah.” Jawab Bilal.
“duhai Bilal, apakah yang dilakukan ayahku dengan cambuk ini?” tanya Fatimah kepada Bilal.
“Ya Fatimah !Ayahmu memberikan kesempatan qishas terhadap dirinya,” Bilal menegaskan.
“siapakah pula gerangan orang itu yang sampai hati mengqishas Rasulullah?” tukas  Fatimah keheranan. Biarlah hamba saja yang menjadi ganti untuk dicambuk.
Bilal pun mengambil cambuk dan membawanya masuk ke Masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan Rasulullah pun menyerahkannya ke tangan Ukasyah. Suasana mulai tegang, semua sahabat bergerak, semua berdiri. ‘jangankan dicambuk, dicolek saja, ia akan berhadapan dengan kami.’ Mungkin begitu mereka bicara dalam hati. Semua mata melotot. Memandang Ukasyah dan sebilah cambuk.
Saat itulah, Abu bakar dan Umar ra bicara, “hai Ukasyah ! kami sekarang berada dihadapanmu, pukul qishas-lah kami berdua, dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah SAW !”
Mungkin saat itu Umar meraba pedangnya. Seandainya saja diizinkan, akan aku penggal  kepala orang yang menyakiti Rasulullah.
Rasulullah  menahan dua sahabatnya. Berkata sang pemimpin yang dicintai ini:”duhai sahabatku, duduklah kalian berdua, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua!”
Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata. Kali ini lebih garang dari sahabat Abu bakar:” hai Ukasyah ! aku ini sekarang masih hidup dihadapan Nabi SAW. Aku tidak sampai hati kalau melihat engkau akan mengambil kesempatan qishas memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka qishaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau sendiri!”
Ali tampil ke muka. Memberikan punggungnya dan  jiwa serta cintanya buat orang yang dicintainya. Subhanallah ... ia tak rela sang Rasul disakiti. Ia merelakan berkorban nyawa untuk sang pemimpin.
Nabi pun menahan.”Allah SWT telah tahu kedudukanmu dan niatmu, wahai Ali!”
Ali surut, bergantianlah tampil dua kakak beradik, Hasan dan Husein.”hai Ukasyah! Bukankah engkau telah mengetahui, bahwa kami berdua ini adalah cucu kandung Rasulullah, dan qishaslah kami dan itu berarti sama juga dengan mengqishas Rasulullah sendiri!”
Tetapi Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan berkata “duduklah kalian berdua, duhai penyejuk mataku!”
Dan akhirnya Nabi berkata: “ hai Ukasyah ! pukullah aku jikla engkau berhasrat mengambil qishas !”
“Ya Rasul Allah! Sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan aku sedang tidak lekat kain dibadanku,”kata Ukasyah. Kembali suasana menjadi semakin panas dan tegang. Semua orang berpikir,  apa maunya si Ukasyah ini. Sudah berniat mencambuk Rasul, ia malah  meminta Rasul membuka baju. Tanpa bicara, tanpa kata, Rasulullah membuka bajunya.
Semua yang hadir menahan nafas. Banyak yang berteriak sambil menangis, termasuk Ukasyah. Ada yang tertahan di dadanya. Ia segera maju melangkah, dan melepas cambuknya.
Kejadian selanjutnya tatkala Ukasyah melihat putih tubuh Rasulullah dan tanda kenabian di punggungnya, ia segera mendekap tubuh Nabi sepuas-puasnya sambil berkata:” tebusanmu adalah ruhku ya Rasulullah, siapakah yang tega sampai hatinya untuk mengambil kesempatan mengqishas engkau wahai Rasulullah ? saya sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya Allah SWT  dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan api neraka.”
Akhirnya berkatalah Nabi SAW,”ketahuilah wahai para sahabat! Barang siapa yang ingin melihat penduduk Surga, maka lihatlah kepada pribadi laki-laki ini!”
Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai mencium Ukasyah diantara kedua matanya. Rasa curiga berubah cinta. Buruk sangka berubah bangga. Berkatalah mereka:”berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAWdi surga kelak!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar